Minggu, 01 Januari 2017

KEYAKINAN GURU MATEMATIKA (Teacher’s Belief)



KEYAKINAN GURU MATEMATIKA
(Teacher’s Belief)

SAEPUL WATAN
Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta


Abstrak
Tulisan ini akan membahas berbagai  jenis keyakinan dan sikap guru matematika, dan hubungannya dengan praktek mengajar matematika (mathematics teaching practice). Dari catatan ini pentingnya pengetahuan praktis yang perlu diketahui guru, baik dari pengajaran matematika (pedagogis dan pengetahuan kurikuler), pengetahuan  organisasi kelas, dan pengetahuan tentang sekolah secara umum. Juga menjadi penting dianggap untuk dibahas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan guru (teacher beliefs) matematika kaitannya dengan bagaimana keyakinan guru tentang konsepsi dari matematika (conception of the nature of mathematics), model pengajaran dan pembelajaran matematika (model of teaching and learning mathematics) dan prinsip-prinsip pendidikan (principles of education) yang dimana model ini memiliki implikasi bagi guru dalam psoses pendidikan.
Kata Kunci : Keyakinan Guru (Teacher Beliefs), Konsepsi Matematika, Pengajaran dan Pembelajaran Matematika
A.    Pendahuluan (Introduction)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdampak luas pada semua bidang pendidikan, termasuk dalam hal ini tenaga pendidikan. Pada Bab XI Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2) dinyatakan bahwa "Pendidik merupakan tenaga profesional ...". Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyuratkan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran harus menguasai 4 (empat) kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kompetensi seorang guru terdiri dari beragam komponen dan sifatnya sangat pribadi dan utuh. Pemyataan ini sejalan dengan konsep kompetensi guru yang didefinisikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2001) yang menyatakan bahwa:
"Kompetensi bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut" (hal. 6).

Iceng Hidayat (2007 : p.67) menafsirkan kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan guru, pengalaman, keterampilan, dan sikap/nilai/keyakinan guru. Menurut (Kuhs & Ball, 1986 dalam Paul Ernest, p.20), keyakinan terdiri dari sistem kepercayaan, konsepsi, nilai-nilai, dan ideologi sebagai guru.
Jika dilihat dari sudut pandang filosofis, kita menyadari bahwa keyakinan guru berpengaruh sangat kuat pada isi dan implementasi kurikulum, dan sering kali kurikulum diimplementasikan tidak seperti yang seharusnya sesuai dengan yang telah dirancang dan dimaksudkan dalam kurikulum (Cronin-Jones, 1991). Hal ini biasanya terjadi karena guru kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum yang tuntutannya tidak sesuai dan tidak mendukung keyakinan guru tentang belajar dan mengajar matematika. Jelas bahwa posisi keyakinan guru dalam keputusan praktik pengajaran sangat menentukan. Melalui keyakinan ini, guru memilih kegiatan belajar mengajar yang bagaimana yang akan mereka laksanakan. Keyakinan guru ini membentuk hakikat praktik pengajaran guru. Iceng Hidayat (2007 : p.70) menyatakan bahwa bagaimanapun kurikulum dikemas dengan sebaik-baiknya, guru akan tetap bertahan dengan keyakinannya, dan tetap mengajar sesuai dengan keyakinannya itu.
Tulisan ini akan membahas berbagai  jenis keyakinan dan sikap guru matematika, dan hubungannya dengan praktek di dalam kelas. Dari catatan ini pentingnya pengetahuan praktis yang perlu diketahui guru, baik dari pengajaran matematika (pedagogis dan pengetahuan kurikuler), pengetahuan  organisasi kelas, dan pengetahuan tentang sekolah secara umum. Juga menjadi penting dianggap untuk dibahas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan guru (teacher beliefs) matematika kaitannya dengan bagaimana keyakinan guru tentang konsepsi dari matematika (conception of the nature of mathematics), model pengajaran dan pembelajaran matematika (model of teaching and learning mathematics) dan prinsip-prinsip pendidikan (principles of education) yang dimana model ini memiliki implikasi bagi guru dalam psoses pendidikan.

B.     Keyakinan Guru (Teacher Beliefs)  dan Dampaknya pada Praktik Pengajaran (Teaching Practice)
Hubungan antara keyakinan guru dan praktik sudah banyak menjadi fokus penelitian dalam dunia pendidikan, sehingga banyak yang mengembangkan menghubungkan keyakinan guru matematika dan praktiknya di dalam kelas. sebagaimana penelitian yang dilakukan Anne M. Raymond (1997, p.515) yang menghubungkan antara keyakinan terhadap matematika dan praktik pengajaran matematika di dalam kelas, Anne M. Raymond menggambarkannya hubungan tersebut sebagai berikut :


Dari model hubungan diatas, keyakinan terhadap matematika menjadi pusat terjadinya hubungan antara keyakinan guru dan praktiknya. Keyakinan terhadap matematika didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap matematika yang diformulasikan dari pengalamannya belajar matematika yang mencakup keyakinan tentang sifat mathematics, belajar matematika, dan mengajar matematika. Model diatas juga menghubungkan keyakinan matematika berawal dari Pengalaman sebelum  sekolah (prior school experiences) yang mencakup pengalaman sebagai siswa/mahasiswa, pengaruh guru sebelumnya, program persiapan guru, dan pengalaman mengajar sebelumnya.
Beberapa hal lainnya yang dapat mempengaruhi praktek mengajar matematika (Mathematics teaching practice) yaitu immediate classroom situation dan social teaching norms, dimana immediate classroom situation mencakup bagaimana karakter siswa, topik yang akan diajarkan dan kendala waktu. Sedangkan social teaching norms mencakup masalah lingkungan sekolah, nilai tuntutan dari kurikulum, kepala sekolah, rekan guru serta orang tua siswa.
Apa yang disebut sebagai 'keyakinan', yaitu terdiri dari sistem guru kepercayaan, konsepsi, nilai-nilai dan ideologi, yang juga disebut sebagai guru 'disposisi' (Kuhs & Ball, 1986). Keyakinan dan konsepsi guru berdasarkan beberapa tulisan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena memiliki dampak yang kuat pada proses pengajaran misalnya seperti pemilihan konten dan penekan, gaya mengajar dan cara belajar. Selain berhubungan dengan subjek pembelajaran, juga merupakan sebuah prinsip dalam mendidik dan memandang tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Menurut (Paul Ernest, 1989), Secara umum keyakinan guru di pengaruhi oleh 3 (tiga) komponen utama yaitu konsepsi dari matematika (conception of the nature of mathematics), model pengajaran dan pembelajaran matematika (model of teaching and learning mathematics) dan prinsip-prinsip pendidikan (principles of education).
Konsepsi Dari Matematika (Conception Of The Nature Of Mathematics)
Konsepsi yang alami dari matematika adalah susatu sistem kepercayaan guru tentang sifat matematika secara keseluruhan. Ada beberapa hal yang menjadi dampak dari hal tersebut dalam sebuah praktek. Pertama, matematika dipandang sebagai ilmu yang dinamis, karena matematika mengarahkan kepada penemuan manusia. Matematika bukan lah selesai pada hasil semata, tetapi dapat terbuka untuk direvisi (pandangan pemecahan berbasis masalah/Problem solving). Kedua, matematika dipandang sebagai suatu kesatuan yang satis dari sebuah pengetahuan, yang sudah memiliki struktur dan kebenaran. Matematika adalah monolit, prodauk dari statis, penemuan, bukan diciptakan (Pandangan Platonis). Ketiga, matematika dipandang sebagai kumpulan ilmu yang berguna terkait dengan akumulasi fakta, aturan dan keterampilan (Pandangan instrumentalis).
Memiliki perbedaan phylosophy terhadap matematika tentu dapat berdampak pada praktek didalam kelas. Sebagai contoh, peran aktif pendekatan berbasis masalah dalam pengetahuan matematika dapat diterima oleh anak karena pendekatannya menggunakan tugas-tugas. Sebaliknya Platonis atau instrumentalis melihat matematika sebagai penyebab desakan guru menggunakan metode yang benar dalam setiap memecahkan masalah.
Model Pengajaran Dan Pembelajaran Matematika (Model Of Teaching And
Learning Mathematics)
Model ini adalah keyakinan guru atau mental dari sifat pengajaran dan pembelajaran matematika. Pentingnya model ini adalah dampaknya yang kuat terhadap bagaimana cara guru mengajarkan matematika di dalam kelas (Cooney, 1985, 1988; Ernest, 1988; Kuhs & Ball, 1986; Thompson, 1984). Pengaruh model ini dimediasi melalui hal-hal kecil dari pengalaman kelas seperti pilihan  tugas belajar matematika, perbaikan kesalahan anak-anak, penerimaan ide-ide anak-anak, kesetiaan dengan yang skema matematika yang dipublikasikan atau teks diikuti, dan sebagainya. Tampaknya tepat untuk istilah keyakinan ini adalah sekumpulan ide (yang mungkin termasuk kenangan guru masa lalu) di mana 'model' gurunya berperilaku.
Pertama, Model Mengajar Matematika (Model Of Teaching Mathematics). Hal ini menyangkut masalah konsepsi guru dari berbagai jenis dan berbagai tindakan dalam mengajar matematika dengan pendekatan yang sifatnya pribadi, termasuk juga prinsip-prinsip dasar yang digunakan guru didalam mengajar. Menurut (Paul Ernest, 1989, p.20), beberapa konstruksi yaitu model instrumental dan keterampilan dasar versus model ekplorasi pengajaran yang lebih luas dan kreatif ; pemahaman terhadap tubuh pengetahuan versus penguasaan terhadap kinerja dan kebenaran respon ; pendekatan buku teks versus pendekatan suplemen guru; atau memperkaya buku dengan masalah dan kegiatan tambahan versus pendekatan guru/sekolah mengkonstruksi semua isi kurikulum.
 Konstruksi model pengajaran matematika tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
a.       Model pendekatan investigasi, problem posing dan problem solving
b.      Model penekanan pada pemahaman konseptual dengan pendekatan pemecahan masalah
c.       Penguasaan keterampilan dan fakta dengan model pemahaman konseptual
d.      Model pendekatan survival dalam kehidupan sehari-hari.
Pentinngnya model mengajar guru matematika ini adalah sebagai penentu utama bagaimana matematika diajarkan, mengingat banyak kendala konsreptual yang harus ditampung oleh sekolah. Hal ini erat kaitannya dengan pengaruh konsepsi guru tentang sifat dari matematika seperti yang telah dibahas diatas. Banyak rekomendasi untuk perbaikan cara mengajar matematika yang secara eksplisit bertujuann untuk merubah model ini (NCTM, 1980). Dengan demikian, untuk mengajar disemua tingkat harus mencakup pemecahan masalah, diskusi, praktek dan penemuan.
Kedua, Model Pembelajaran Matematika (Model Of Learning Mathematics). Hal ini mencakup masalah mental dan aktivitas yang tepat untuk proses kegiatan belajar, misalnya seperti apa tujuan, harapan, konsepsi dan gambaran dari kegiatan belajar dan proses pembelajaran matematika secara umum. Menurut (Paul Ernest, 1989, p.23), Ada dua kunci konstruksi model pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut : pandangan pembelajaran untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan secara keseluruhan versus pandangan pembelajaran matematika sebagai penerimaan pasif pengetahuan ;  pengembangan otonomi dan kepentingan anak dalam belajar matematika versus pandangan peserta didik sebagai insan yang tunduk dan harus memenuhii aturan guru.
Dengan menggunakan kunci konstruksi model sederhana tersebut, maka beberapa model pembelajaran matematika dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Anak bereksplorasi dan secara otonom mengejar sesuai kepentingan sendiri
b.      Anak mengkonstruk pemahaman dan mengarah kepada ketertarikannya
c.       Anak memperkaya diri dengan keterampilan
d.      Kemajuan anak dilihat dari skema kurikuler
e.       Model complaint behaviour
Model pembelajaran guru matematika ini secara eksplisit berfokus pada model pembelajaran dengan ideologi mengajar yang berpusat pada siswa (Student centre). Keyakinan guru dari semua ideologi pendidikan memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran matematika. Model guru belajar matematika sejauh ini diwujudkan atau di perlihatkan dalam praktek, yang juga merupakan faktor penting sebagai pengalaman anak dalam belajar matematika.
Prinsip-Prinsip Pendidikan (Principles Of Education)
Ini adalah nilai yang sangat umum, keyakinan dan prinsip-prinsip ini yang mendukung guru untuk mengingat maksud, tujuan dan hakekat pendidikan. Beberapa prinsip-prinsip guru matematika yang cenderung berkaitan dengan ajaran matematika, seperti komitmen guru untuk membuat anak sukses dan percaya diri dalam belajar matematika ; komitmen untuk mempersiapkan anak untuk berpikir kritis dalam belajar ; percaya bahwa anak dapat kreatif dalam belajar ; menghormati pengetahuan matematika setiap anak ; bagaimana guru menggabungkan pengalaman, konsep, strategi, perasaan: dan sebagainya.

C.    Keimpulan (Conclution)
Guru merupakan aktor utama di dalam kelas. UUD RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidik merupakan tenaga profesional ...“. Menurut (Kuhs & Ball, 1986 dalam Paul Ernest, p.20), keyakinan terdiri dari sistem kepercayaan, konsepsi, nilai-nilai, dan ideologi sebagai guru. Jelas bahwa posisi keyakinan guru dalam keputusan praktik pengajaran sangat menentukan. Melalui keyakinan ini, guru memilih kegiatan belajar mengajar yang bagaimana yang akan mereka laksanakan.
Kim Beswick (2012, p.130) dalam tulisannya mengkategorikan keyakinan guru matematika sebagai berikut :

Keyakinan tentang sifat matematika (Ernest, 1989)
Keyakinan tentang mengajar matematika ( Van Zoest et.al, 1994)
Keyakinan tentang belajar matematika ( Ernest, 1989)
Instrumentalis
Konten difokuskan penekanan pada kinerja
Penguasaan Keterampilan, pasif menerima pengetahuan
Platonis
Konten difokuskan penekanan pada pemahaman
Siswa aktif mengkonstruk pemahaman
Problem solving
Difokuskan pada siswa
Otonomi eksplorasi dari minat siswa sendiri

Pada akhirnya bagaimanapun kurikulum dikemas dengan sebaik-baiknya, guru akan tetap bertahan dengan keyakinannya, dan tetap mengajar sesuai dengan keyakinannya itu.




Daftar Pustaka (References)
Anne M Raymond. (2015). “Inconsistency between a Beginning Elementary School Teacher's Mathematics Beliefs and Teaching Practice”. Journal for Research in Mathematics Education, Vol. 28, No. 5 (Nov., 1997). Published by: National Council of Teachers of Mathematics. URL: http://www.jstor.org/stable/749691
Iceng Hidayat. (2007). “Peranan Keyakinan Guru Terhadap Hakikat Dan Belajar Mengajar Sains Dalam Pengembangan Profesionalisme” . Jurnal Cakrawala Pendidikan, VOL. XXVI-No.1. Hal 65. Universitas Sriwijaya.
Kim Beswick (2012). “Teachers’ Beliefs about School Mathematics and Mathematicians’ Mathematics and Their Relationship to Practice”. Springer Science + Business Media B. V
Paul Ernest. (1989). “The Knowledge, Beliefs and Attitudes of the Mathematics Teacher: a model”. Journal of Education for Teaching : International research and pedagogy. Publisher: Routledge. On: 30 June 2012, url : http://www.tandfonline.com/loi/cjet20



DOWNLOAD FILE PPT makalah ini disini https://drive.google.com/file/d/0B3BjPhNVLJC6SW5iUEMwN2hBZ2M/view?usp=sharing atau https://drive.google.com/drive/my-drive