Sabtu, 05 Agustus 2017

Model Matematika dalam pertujukan wayang kulit



LAPORAN SINGKAT KEGIATAN
“MENONTON PERTUJUKKAN WAYANG KULIT”

SAEPUL WATAN_16709251057_PM C
Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN SINGKAT KEGIATAN
Judul Kegiatan
Menonton Pertunjukkan Wayang Kulit
Lokasi Kegiatan
Museum Sonobudoyo Yogyakarta
Hari, tanggal, dan Waktu Kegiatan
Kamis, 27 April 2017
Pukul 20.00 – 22.00 Wib

Gambar kiri: Dalang dan crew memainkan wayang kulit.
Gambar kanan: Tampilan wayang kulit pada papan tancap / layar tancap

Latar Belakang Kegiatan
Wayang kulit merupakan salah satu dari sekian banyak jenis wayang yang ada di Indonesia. Kesenian wayang terpusat di daerah Jawa.
Wirastodipuro (Haryadi, et.al 2013:52-53) wayang kulit dedinisikan sebagai suatu pertunjukan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa dengan media berupa boneka wayang dari kulit kerbau, dimainkan dan dipimpin oleh dalang di depan bentangan kelir yang diterangi blencong, yang mengacu pada adegan dalam suatu cerita dengan musik tradisional gamelan, jika dilihat dari belakang layar akan terlihat bayang-bayang wayang sehingga sering disebut wayang bayang-bayang.
Penyampaian lakon (cerita) pada pertunjukan wayang diwujudkan melalui gerakan dan percakapan antar tokoh. Setiap lakon diperankan oleh tokoh wayang yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh yaitu lakon Ramayana, dengan tokoh di dalamnya yakni Arjuna Sasrabahu, Sumantri, Parasurama, Sukesi, dan sebagainya. Ramayana merupakan lakon tentang kisah kepahlawanan Rama, dengan tokoh didalamnya meliputi Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Rahwana, dan sebagainya.
Tujuan Kegiatan
Mencari model matematika dalam pertujukan wayang kulit untuk memenuhi tugas kuliah “Matematika Model”
Narasi Kegiatan
Pada pertunjukan wayang kulit yang telah kami saksikan di Museum Sonobudoyo pada hari Kamis tanggal 27 April 2017 pukul 20.00 sampai 22.00 Wib. Sedikit saya ingin bercerita bahwa pada malam itu, saya datang sedikit agak terlambat, namun pertunjukkan wayangnya baru saja dimulai.
Pada pertunjukkan wayang kulit tersebut, kami hanya dapat menyaksikan 2 (dua) episode saja, yaitu episode 1 (Penculikan Shinta) dan episode 2 (Misinya Hanoman). Itupun saya secara pribadi kurang tau pasti bahwa pertunjukkannya hanya sampai episode 2 saja atau lebih, karena memang saya kurang mengerti tentang apa jalan cerita dari pertunjukkan wayang tersebut. Hal ini disebabkan karena saya berasal dari Lombok dan kurang mengerti bahas Jawa, sedangkan dalam pertunjukkan tersebut, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Namun, untuk memahami jalan cerita dari pertunjukkan wayang tersebut, saya membaca brosur/selebaran yang bersisi paparan singkat jalan cerita dari pertunjukan wayang yang dibagikan oleh petugas “Wayang Room” di Museum Sonobudoyo.
Kesimpulan
Beberapa pelajaran yang dapat saya simpulkan dari pertunjukkan wayang kulit tersebut adalah:
a.       Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang menceritakan sebuah kisah cerita yang dapat dilihat secara langsung maupun lewat layar tancap/papan tancap dalam bentuk bayangan. Bayangan ini menunjukan sebuah “universal model” yang dimana berawal dari sebuah cerita/kisah yang kemudian dirubah menjadi bentuk pertunjukkan yaitu dalam bentuk permainan “Wayang kulit”
b.      Pertunjukan wayang dapat dilihat pada layar tancap/papan tancap. Layar tancap ini berbentuk persegi panjang, dimana hal ini merupakan bentuk dari “model matematik” yang memiliki panjang dan lebar, sehigga dapat dicari keliling dan luasnya.
c.       Wayang kulit terbuat dari kulit kerbau yang memiliki nilai seni yang begitu tinggi, dengan berbagai bentuk dan ukuran, dimana hal ini merupakan bentuk dari “universal model”. Selain itu juga, wayang kulit juga memiliki ukuran dan bentuk yang berdeda-beda, dengan warna warni yang indah, siku-siku, lubang-lubang kecil yang merupakan bentuk geometri. Hal ini merupakan bentuk “model matematika”.
d.      Dalam perunjukkan wayang tersebut, waktu yang tersedia hanya 2 jam. Waktu ini diatur oleh dalang agar mencapai target jalannya cerita yang disampaikan. Ada waktu untuk membuka, inti cerita, dan penutup. Selain itu juga, ada juga jeda waktu ketika  kejadian 1 habis dan dilanjutkan kejadian 2. Begitu juga untuk jeda waktu ketika episode 1 habis dan dilanjutkan ke episode 2. Maka, sudah tentu dalang akan melakukan proses membagi, mengurangi, dan menjumlahkan waktu yang tersedia tersebut. Dimana hal ini merupakan bentuk operasi Aljabar dalam matematika “model matematika”




Membuktikan Validitas Isi dengan Indeks Aiken


Validitas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli. Kesepakatan ahli bidang studi atau sering disebut dengan domain yang diukur menentukan tingkatan validitas isi (content related). Hal ini dikarenakan instrumen pengukuran, misalnya berupa tes atau angket dibuktikan valid jika ahli (expert) meyakini bahwa bahwa istrumen tersebut mengukur penguasaan kemampuan yang didefinisikan dalam domain ataupun juga konstruk psikologi yang diukur. Untuk mengetahui kesepakatan ini, dapat digunakan indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh Aiken (1980; 1985). Indeks validitas butir yang diusulkan Aiken ini dirumuskan pada formula 2.1. V adalah indeks validitas butir; s skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai (s = r – lo, dengan r = skor kategori pilihan rater dan lo skor terendah dalam kategori penyekoran); n banyaknya rater; dan c banyaknya kategori yang dapat dipilih rater.
Berdasarkan pendapat tersebut, V merupakan indeks kesepakatan rater terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut. Jika diterapkan untuk instrument pengukuran, menurut seorang rater maka n dapat diganti dengan m (banyaknya butir dalam satu instrumen).

Lebih lengkap contoh perhitungan Indeks Aiken dapat diakses pada link berikut : https://drive.google.com/file/d/0B3BjPhNVLJC6ZW1CdXlyd2VJSzA/view?usp=sharing

sekian dan terimakssih
Matur tampiasih...................