“DESIGN RESEARCH”
Makalah ini diajukan sebagai tugas kelompok mata
kuliah Metodologi
Penelitian Kualitatif
Jurusan Pendidikan Matematika PPS UNY 2016
Dosen Pengampu
Wahyu Setyaningrum, S.Pd., M.Ed., Ph.D
Oleh
Kelompok 7
Kelas : PM C
1. Sumiati 16709251056
2. Saepul Watan 16709251057
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kita
haturkan Shalawat beserta Salam atas junjungan baginda Nabi besar Muhammad SAW
yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah yang singkat dan sederhana ini memaparkan tentang “Penelitian Desain (Design Research)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Kami menyadari dalam penyusunan/pembuatan tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman maupun dosen mata
kuliah Metode Penelitian Kualitatif,
yang bersifat membangun agar penyusunan makalah selanjutnya bisa mencapai suatu
kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Wassalamualaikum wr wb
Yogyakarta, 15 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................... 1
A.
Latar Belakang ..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................ 1
C.
Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................... 2
A.
Konsep Design Research ..................................................... 2
B. Langkah-Langkah Design Research ................................... 5
C. Model-Model Design Research ........................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 19
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan dalam bidang pendidikan
adalah untuk mengembangkan teori pembelajaran (instructional theory)
yang didasarkan pada pengembangan teori yang sudah ada (theory-driven)
dan percobaan secara mepirik (empirically based). Salah
satu model penelitian yang didasarkan pada tujuan penelitian tersebut adalah
model penelitian design research. Dalam Design research, proses
perancangan (design) ditempatkan sebagai tahapan penting dalam proses
penelitian. Beberapa model penelitian yang memiliki hubungan secara istilah dan
praktis dengan design research adalah: (1) design studies; (2) design
experiments; (3) development research; (4) developmental
research; (5) formative research; (6) formative inquiry; (7) formative
experiments; (8) formative evaluation; (9) action research; dan
(10) engineering research.
Istilah
lain yang sering digunakan
yang relevan sebagai model khusus dari design research adalah didactical design research.
Di Indonesia, penggunaan didactical design research sebagai model penelitian pendidikan
diperkenalkan oleh Suryadi (2010) untuk menunjang
teori yang telah beliau kembangkan yaitu Teori Metapedadidaktik untuk pembelajaran matematika.
Artikel
ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang konsep Design research serta
model penerapannya sehingga dapat memberikan panduan bagi mahasiswa, guru dan dosen
dalam melakukan penelitian pendidikan.
A.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep design research?
2.
Bagaimanakah langkah-langkah Design
Research?
3.
Bagaimanakah model penerapan Design
Research?
B.
Tujuan
1.
Mengetahui konsep Design Research.
2.
Mengetahui langkah-langkah Design Research.
3.
Mengetahui model penerapan Design Research.
|
||||
|
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DESIGN RESEARCH
1.
Pengertian Design Research
Penelitian desain merupakan model penelitian yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran. Demikian juga, Cobb (1999), Bakker,
(2004), menyebutkan istilah penelitian design research juga dimasukkan
kedalam penelitian pengembangan (developmental research), karena
berkaitan dengan pengembangan materi dan bahan pembalajaran.
Menurut Piaget, istilah design research lebih
dipilih untuk digunakan dibidang developmental research karena dapat
mengabaikan karancuan konotasi dengan istilah dalam psikologi perkembangan (developmental
psychology) atau dengan penelitian yang menjelaskan perkembangan konsep
matematika (development of mathematical concept) pada siswa.
2.
Karakteristik Design Research
Design research memiliki karakteristik sebagai berikut (Cobb, Confrey, diSessa, Lehrer,
& Schauble, 2003; Kelly, 2003; Design-based Research Collective, 2003;
Reeves, Herrington, & Oliver, 2005; van den Akker, 1999) (dalam van den
Akker et al., 2006 : 5).
a.
Interventionist
: penelitian bertujuan untuk merancang suatu
intervensi dalam dunia nyata;
b.
Iterative : penelitian menggabungkan pendekatan siklikal (daur)
yang meliputi perancangan, evaluasi dan revisi;
c.
Process
oriented : model kotak hitam pada
pengukuran input-output diabaikan, tetapi difokuskan pada pemehaman dan
pengembangan model intervensi;
d.
Utility
oriented : keunggulan dari rancangan
diukur untuk bisa digunakan secara praktis oleh pengguna;
e.
|
3.
Fungsi Design
Research
Untuk memahami dimana posisi design research dibandingkan
dengan penelitian lain, berikut disajikan berbagai jenis penelitian berdasarkan
fungsinya (Plomp, 2007:12), yaitu :
No
|
Jenis Penelitian
|
Fungsi Penelitian
|
1
|
Survey
|
menguraikan; membandingkan; mengevaluasi
|
2
|
Studi kasus
|
menguraikan; membandingkan; menjelaskan
|
3
|
Eksperimen
|
menjelaskan; membandingkan
|
4
|
Penelitian tindakan
|
merancang/mengembangkan solusi untuk
masalah praktis
|
5
|
Ethnografi
|
menguraikan; menjelaskan
|
6
|
Penelitian hubungan
|
menguraikan; membandingkan
|
7
|
Penelitian evaluasi
|
menentukan tingkat efektivitas program
|
8
|
Penelitian rancangan
(design research)
|
Merancang/mengembangkan suatu intervensi
(seperti program, strategi dan materi pembelajaran,
produk dan sistem) dengan tujuan untuk memecahkan masalah pendidikan yang
kompleks dan untuk mengembangkan pengetahuan (teori) tentang suatu
karakteristik dari intervensi serta proses perancangan dan pengembangan
tersebut
|
4.
Motif
Penggunaan Design Research dalam Penelitian Pendidikan
Ada tiga motif penggunaan design research (van
den Akker et al., 2006), yaitu :
a. Meningkatkan Relevansi Penelitian
Penggunaan design research didasarkan pada
keinginan untuk
meningkatkan relevansi (increase the relevance) penelitian dengan kebijakan dan praktik pendidikan. Penelitian pendidikan sering dikritik karena tidak langsung dapat memperbaiki praktik pendidikan. Dengan kajian (study) yang hati-hati dan bertahap untuk memperoleh model intervensi yang paling ideal pada situasi tertentu, peneliti dan praktisi dapat mengembangkan model intervensi yang tepat dan efektif melalui proses artikulasi prinsip-prinsip dari berbagai dampak
intervensi yang terjadi (Collins et al. 2004; van den Akker 1999, dalam van den Akker et al., 2006 : 4).
meningkatkan relevansi (increase the relevance) penelitian dengan kebijakan dan praktik pendidikan. Penelitian pendidikan sering dikritik karena tidak langsung dapat memperbaiki praktik pendidikan. Dengan kajian (study) yang hati-hati dan bertahap untuk memperoleh model intervensi yang paling ideal pada situasi tertentu, peneliti dan praktisi dapat mengembangkan model intervensi yang tepat dan efektif melalui proses artikulasi prinsip-prinsip dari berbagai dampak
intervensi yang terjadi (Collins et al. 2004; van den Akker 1999, dalam van den Akker et al., 2006 : 4).
b. Mengembangkan Landasan Teori secara Empiris
Motif kedua penggunaan design research untuk
penelitian pendidikan adalah yang berkaitan dengan sisi ilmiah yang dihasilkan.
Design research memiliki tujuan untuk mengembangkan teori-teori yang
diperoleh dari pengalaman empiris (Developing Empirically Grounded Theories)
dengan menggabungkan kajian pada proses pembelajaran dengan berbagai aspek yang
mendukung proses pembelajaran tersebut (diSessa and Cobb 2004; Gravemeijer 1994,
1998, dalam van den Akker et al., 2006:4). Motif ini menegaskan design
research sebagai penelitian design experiment yang menghasilkan
landasan teori (grounded theory) melalui pendekatan kualitatif.
c. Meningkatkan Kekokohan Penerapan Rancangan
Motif ini berkaitan dengan upaya meningkatkan kekokohan
dari penerapan sebuah rancangan (Increasing the Robustness Design Practice).
Banyak inovasi yang dirancang oleh para
praktisi dan peneliti pendidikan untuk mengatasi
masalah yang terjadi, tetapi pemahaman mereka seringkali tetap eksplisit mengenai keputusan yang dibuat
maupun rancangan yang dihasilkan. Dari
persfektif ini, ada kebutuhan untuk mengekstrak rancangan penbelajaran
agar eksplisit yang dapat menghasilkan upaya
pengembangan rancangan
berikutnya (Richey dan Nelson 1996; Richey et al 2004; Visscher Voerman dan Gustafson, 2004, dalam van den Akker et al., 2006:4).
berikutnya (Richey dan Nelson 1996; Richey et al 2004; Visscher Voerman dan Gustafson, 2004, dalam van den Akker et al., 2006:4).
5.
Prinsip-prinsip
Design Research
Seorang peneliti yang menggunakan design research harus mengikuti prinsip-prinsip penelitian ilmiah
sebagaimana halnya penelitian lain agar proses dan hasil
penelitiannya diakui secara ilmiah (Shavelson dan Towne, 2002, dalam Plomp,
2007:12), yaitu :
a.
Mengajukan pertanyaan
(rumusan masalah) penting yang dapat diselidiki;
b.
Menghubungkan
penelitian dengan teori yang relevan;
c.
Menggunakan metode yang
secara langsung mungkin dapat menyelidiki pertanyaan penelitian;
d.
Menyajikan urutan
penalaran yang koheren dan eksplisit;
e.
Melakukan replikasi dan
generalisasi keseluruhan penelitian; serta
f.
Membuka penelitian
untuk pengawasan profesional dan kritik.
B. LANGKAH-LANGKAH DESIGN
RESEARCH
Proses penelitian pada design research
meliputi langkah-langkah seperti halnya proses perancangan pendidikan (educational
design), yaitu analisis, perancangan, evaluasi dan revisi yang merupakan
proses siklikal yang berakhir pada keseimbangan antara yang ideal dengan
prakteknya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan design
research, diantaranya yaitu :
1. Model Greivemeijer dan Cobb (2006)
Preparing for the experiment/ Preparation and design phase (Bekker,2004) : tujuan utama tahap ini adalah
memformulasikan teori pembelajaran lokal (local instructional theory)
yang dielaborasi dan diperbaiki selama pelaksanaan eksperimen. Hal-hal yang
dilakukan dalam tahap ini adalah :
a.
Menganalisis tujuan yang ingin dicapai misalnya tujuan pembelajaran;
b.
Menentukan dan menetapkan kondisi awal penelitian;
c.
Mendiskusikan konjektur dari local instructional theory yang akan
dikembangkan;
d.
Menentukan karakteristik kelas dan peran guru;
e.
Menetapkan tujuan teoritis yang akan dicapai melalui penelitian.
Design experiment : tahap ini
merupakan tahap pelaksanaan desain eksperimen yang dilakukan setelah semua
persiapan dilakukan. Tahap ini bukan untuk menguji apakah rancangan dan local
instructional theory bekerja atau tidak, tetapi sekaligus menguji dan
mengembangkan local instructional theory yang telah dikembangkan serta
memahami bagaimana teori itu bekerja selama eksperimen berlangsung. Desain
eksperimen dilakukan dalam bentuk kegiatan siklikal, misalnya dalam beberapa
kali pembelajaran. Pada tahap ini dikumpulkan data yang diperlukan meliputi
proses pembelajaran yang terjadi di kelas serta proses berpikir siswa baik dari
perspektif sosial yang mencakup norma sosial kelas, sosio-matematik dan praktek
matematika di kelas maupun perspektif psikologi mencakup pandangan (beliefs)
tentang peran sendiri di kelas serta tentang aktivitas matematika; pandangan
dan nilai matematik secara khusus; serta konsepsi dan aktivitas matematika.
Restrospective Analysis : tujuan tahap ini
adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh untuk mengetahui apakah
mendukung atau sesuai tidak dengan konjektur yang telah dirancang. Data yang dianalisis meliputi rekaman video proses pembelajaran
dan hasil interview terhadap siswa dan guru, lembar hasil pekerjaan siswa, catatan
lapangan serta rekaman video dan audio yang memuat proses penelitian dari awal.
Tahapan ini bergantung kepada tujuan teoritis yang hendak dicapai,
sehingga analisis yang dilakukan untuk mengetahui dukungan data terhadap local instructional theory. Pada tahap ini dilakukan rekonstruksi
dan revisi pada local
instructional theory serta menyajikan suatu isu kemungkinan yang dapat
berimplikasi pada teori dan penerapannya pada konteks dan situasi yang
lebih luas. Selain berkonstribusi dalam mengembangkan pembelajaran di level local instructional theory
(instructional sequence), design research juga berkostribusi dalam
mengembangkan di level aktivitas
pembelajaran (microtheories) dan pengembangan di level domain-specific instruction theory.
2. Model Plomp (2007 :15)
Preliminary research : Analisis
kebutuhan dan konteks, kajian literatur, mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis
untuk penelitian.
Prototyping stage : Proses perancangan secara siklikal dan berurutan dalam bentuk
proses penelitian yang lebih mikro serta menggunakan evaluasi formatif untuk
meningkatkan dan memperbaiki model intervensi..
Assessment phase : Semi evaluasi sumatif untuk menyimpulkan apakah solusi atau
intervensi sudah sesuai dengan diinginkan serta mengajukan rekomendasi
pengembangan model intervensi.
3. Model Reeves (2006, Plomp, 2007 :14)
Model-model design
research di atas saling melengkapi sehingga mampu memberikan gambaran yang
jelas tentang pelaksanaan design research.
Dalam design research, proses pelaksanaan penelitian
dipandu oleh suatu instrument yang disebut “hypothetical learning trajectory‟ (HLT) sebagai perluasan dari percobaan pikiran (tought experiment) yang dikembangkan oleh Freudenthal. HLT
digunakan sebagai bagian dari apa yang disebut siklus mengajar matematika (mathematical learning cycle) untuk satu atau dua pembelajaran, atau
bahkan untuk lebih dari dua pembelajaran. HLT
dapat menghubungkan antara teori
pembelajaran (instructional theory) dan percobaan pembelajaran secara
konkrit. HLT digunakan untuk membimbing proses
percobaan pembelajaran agar sesuai
dengan spesifikasi materi dan hipotesis pembelajaran yang sudah ditentukan dalam bentuk HLT.
HLT berperan pada setiap tahapan design research, berikut ini adalah peran dan posisi HLT dalam setiap
tahapan design research (Bakker, 2004).
a. Tahap
Preparation and design : pada tahap ini, HLT
dirancang untuk
membimbing proses perancangan bahan pembelajaran yang akan
dikembangkan dan diadaptasi. Konprontasi antara pemikiran umum dengan kegiatan konkrit sering mengarah pada HLT yang lebih spesifik. HLT dirancang selama tahap preparation and design.
membimbing proses perancangan bahan pembelajaran yang akan
dikembangkan dan diadaptasi. Konprontasi antara pemikiran umum dengan kegiatan konkrit sering mengarah pada HLT yang lebih spesifik. HLT dirancang selama tahap preparation and design.
b. Tahap
Design Experiment : Selama percobaan pembelajaran,
HLT berfungsi sebagai pembimbing (guideline) untuk guru dan peneliti apa
yang akan difokuskan dalam proses pembelajaran, wawancara dan observasi.
Peneliti dan guru perlu menyesuaikan HLT dengan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
pembelajaran. Dengan HLT, proses penelitian dan pengembangan bisa lebih
efisien. Perubahan dalam HLT biasanya dipengaruhi oleh kejadian di kelas yang
belum dapat diantisipasi, strategi yang belum terlaksana, serta
kegiatan yang terlalu sulit untuk dilaksanakan. Perubahan HLT dilakukan untuk menghasilkan kondisi yang optimal dan merupakan bagian dari data yang akan dianalisis. erubahan HLT harus dilaporkan untuk mendukung proses pembentukan teori. HLT dapat berubah selama tahap teaching experiment.
kegiatan yang terlalu sulit untuk dilaksanakan. Perubahan HLT dilakukan untuk menghasilkan kondisi yang optimal dan merupakan bagian dari data yang akan dianalisis. erubahan HLT harus dilaporkan untuk mendukung proses pembentukan teori. HLT dapat berubah selama tahap teaching experiment.
c. Tahap
Restrospective Analysis : Pada tahap ini, HLT
berperan sebagai petunjuk dalam menentukan fokus analisis bagi peneliti. Karena
prediksi dibuat berkaitan proses belajar siswa, maka peneliti dapat
membandingkan antisipasi dari prediksi melalui observasi selama percobaan
pembelajaran (teaching experiment). Analisis seperti ini, menyangkut
saling mempengaruhi antara HLT dan dan pengamatan empiris dapat menjadi dasar
pembentukan
teori. Setalah tahap ini, HLT diformulasikan kembali berdasarkan hasil temuan observasi dan analisis yang dilakukan. HLT yang baru akan menjadi petunjuk pada tahap rancangan (design phase) berikutnya.
teori. Setalah tahap ini, HLT diformulasikan kembali berdasarkan hasil temuan observasi dan analisis yang dilakukan. HLT yang baru akan menjadi petunjuk pada tahap rancangan (design phase) berikutnya.
Dengan begitu, HLT merupakan bentuk
konkrit atau pengkonkritan teori pembelajaran. Sebaliknya, teori pembelajaran
dibentuk dari pengembangan HLT. Karena HLT,
memuat tiga komponen, yiatu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan hipotesis pembelajaran, maka
kebaradaannya sangat penting dalam seluruh
tahapan design research.
C.
MODEL-MODEL
DESAIN RESEARCH
Berdasarkan tujuan design research yang
lebih spesifik, ada dua model design research seperti yang disebutkan
oleh Nieven, Mc Kenney dan van den Akker (2006 : 152), yaitu : validation
study dan developmental study. Validation study lebih berkonstribusi
terhadap pengembangan teori pembelajaran dalam level domain yang spesifik.
Sementara development study menghasilkan prinsip disain (design
principle) yang digunakan untuk memecahkan masalah bidang pendikan.
Selain validation theory dan development
study, ada satu lagi model penelitian relevan dengan educational design
research, yaitu didactical design research. Istilah model ini memang
secara spesifik tidak dieksplisitkan, tetapi melihat istilah yang digunakan
yaitu „didactical’, model penelitian memiliki relevansi dengan design
research atau merupakan model pengembangan dari kedua jenis sebelumnya.
1.
Validition Study
Validation study
memuat
fitur rute pembelajaran (learning trajectory) untuk mengembangkan,
mengelaborasi dan memvalidasi teori tentang proses pembelajaran serta implikasi
dari hasil terhadap rancangan lingkungan belajar (Nieven, Mc Kenney dan Van den
Akker, 2006 : 152). Dengan tujuan untuk mengembangkan teori pembelajaran, validation
study memberikan konstribusi pada beberapa level pengembngan teori, yaitu :
a. microtheories
:
level aktivitas pembelajaran;
b. local
instructional theory : level urutan pembelajaran; serta
c. domain
specific instruction theory : level konten
pengetahuan pedagogis.
Dalam
pelaksanaan validation study, peneliti harus melakukan tahap-tahap
penelitian, yaitu : (1) environment preparation; (2) classroom
experiment; dan (3) restrospective analysis.
Disessa
dan Cobb (2004, dalam Nieven, Mc Kenney dan Van den Akker, 2006: 153),
memberikan peringatan bahwa design research secara partikal tidak akan
progresif dalam jangka panjang jika dibatasi oleh dorongan untuk melakukan
eksperimen yang hanya menghasilkan teori pembelajaran untuk domain khusus.
Konstribusi praktis dari validation study adalah terletak pada
pengembangan dan pelaksanaan learning trajectory khusus yang
dilaksanakan untuk menguji teori disain.
2. Development
Study
Tujuan utama
dari development study adalah mengembangkan prinsip disain (design
principle) untuk kepentingan praktis. Penelitian development
study didasarkan pada masalah di lapangan dan dalam pelaksanaannya
melibatkan participan, peneliti, ahli dan stakeholder lainnya (Nieven, Mc
Kenney dan Van den Akker, 2006 : 153). Development study mengintegrasikan
teori yang telah dikembangkan dalam prinsip disain dengan temuan yang
dihasilkan dari piloting di lapangan. Menurut Van den Akker (1999, Nieven, Mc
Kenney dan Van den Akker, 2006 : 153), prinsip disain yang dikembangkan
meliputi : (1) procedural design principles, berupa karakteristik
pendekatan disain ; dan (2) substantive design principles, berupa
karakteristik disain itu sendiri. Agar development study dapat memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan dapat menghasilkan prinsip disain, berikut ini
adalah tahapan penelitian yang dapat dilakukan (Nieven, Mc Kenney dan van den
Akker, 2006 : 153), yaitu :
a.
Preliminary research :
analisis konteks dan masalah untuk pengembangan landasan kerangka konseptual
melaui review literatur;
b.
Prototyping stage :
merancang petunjuk disain, mengoptimalkan prototype melalui rancangan,
evaluasi formatif dan revisi;
c.
Summative evaluation:
evaluasi terhadap efektifitas pelaksanaan dan penggunaan prototype.
d.
Systematic reflection and
documentation : meluliskan keseluruhan studi untuk
mendukung analisis, kemudian melakukan spesifikasi prinsip disain dan
mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka berpikir yang telah ditetapkan.
Untuk
melihat lebih jelas perbandingan antara validation study dengan development
study, berikut ini adalah penjelasan menurut Nieveen et al. (2006, Plomp,
2006 : 24).
Tabel
2
Perbedaan Karakteristik Validation Study dan Development
Study
Aspek
|
Desain Research
|
Efektivitas Penelitian
|
|
Validation Study
|
Development Study
|
||
Tujuan disain
|
Untuk merinci
dan memvalidasi teori
|
Untuk
memecahkan masalah pendidikan
|
-
|
Fokus kualitas
dari disain
|
Kualitas teori
dari desain
|
Kepraktisan
dari intervensi
|
Efektivitas
intervensi
|
Klaim
pengetahuan/ hasil ilmiah
|
Teori
pembelajaran domain yang spesifik
|
Palikasi luas
dari prinsip-prinsip disain
|
Bukti dari
dampak intervensi
|
Penekanan metodologi
|
Proses disain
dengan pengujian dalam skala kecil pada seting penelitian
|
Proses
pengembangan dengan evaluasi formatif di berbagai macam seting penelitian
|
Skala besar,
percobaan pada seting berbeda yang diperbandingkan
|
Konstribusi praktis
|
Trajectory
pembelajaran yang spesifik untuk kelas yang spesifik
|
Penerapan
model intervensi pada berbagai konteks dan kelas
|
Perubahan
berbasiskan bukti pada skala besar
|
3. Didactical Design
Research
Model ini
sebenarnya merupakan bentuk khusus dari penerapan design research baik
yang mengacu kepada validation study maupun development study. Hanya
saja penggunaan disain didaktis (didactical design) menunjukan penekanan
pada aspek didaktik dalam perancangan pembelajaran yang mengacu kepada teori
pembelajaran yang lebih mikro.
Pada tulisan ini
akan dijelaskan dua model pengembangan dan penerapan Didactical Design
Research , yiatu yang dikembangkan oleh Hudson (2008) dan Suryadi (2010).
a.
Model Hudson (2008)
Didaktik adalah sesuatu yang menjadi
penekanan dalam pembelajaran sejak tahap perencanaan pembelajaran. Analisis
didiaktis sebelum pembelajaran difokuskan pada hubungan tiga serangkai antara
guru, siswa dan materi sehingga dapat menjadi arahan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hasil analisis didaktis digunakan untuk proses perancangan. Dalam
mengembangkan disain didaktis, aktivitas guru dirancang untuk berfokus bukan
kepada siswa maupun materi pembelajaran tetapi ada hubungan antara siswa dengan
materi pembelajaran.
Proses disain didaktis (didactical
design) mengadaptasi dari model perancangan pembelajaran (instructional
design), yaitu yang meliputi tahap : (1) analisis; (2) perancangan (design);
(3) pengembangan, (4) Interaksi dan (5) evaluasi. Untuk memahami lebih jelas
bagaimana implementasi didactical design research model Hudson (2008),
di bawah ini adalah heuristik penelitian yang dapat dilakukan yang memuat
contoh pertanyaan yang diajukan pada setiap tahapan dari penelitian yang
dilakukan Hudson (2008 : 354-355) tentang penggunaan ICT dalam pembelajaran,
yaitu :
1) Tahap Analisis :
v Apa
saja yang dapat dijelaskan kepada siswa berkaitan dengan konsep suatu materi ?
Apa fenomena dasar atau prinsip penting, hukum, kriteria, masalah, metode,
teknik atau sikap yang dapat dipelajari oleh siswa melalui konsep materi yang
diajarkan ?
v Hal
apakah yang dianggap penting dari pertanyaan atau pengalaman, pengetahuan,
kemampuan atau keterampilan yang diperoleh dalam topik yang akan disajikan ?
Apakah yang dianggap penting dari hal tersebut dari sudut pandang pedagogis ?
v Apa
arti/makna suatu topik bagi masa depan siswa?
2)
Tahap
Disain :
v Struktur
pertanyaan dari konten seperti apa yang dapat ditempatkan pada persepektif
pedagogis yang khusus berdasarkan pertanyaan tahap analisis?
v Apakah
kasus khusus, fenomena, situasi, percobaan, orang, pengalaman estetis dan
sebagainya, dalam hal struktur dari konten pertanyaan dapat menarik,
merangsang, bisa didekati, dapat dihayalkan, atau membuat semangat siswa?
3)
Tahap
Pengembangan :
v Apa
yang menjadi peran penting dari ICT dan media dalam hal perancangan situasi
pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan belajar ?
v Apa
bahan dan sumber yang dikembangkan untuk mendukung penciptaan situasi
pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan belajar ?
v Apa
peran guru dalam pembelajaran ?
4)
Tahap
Interaksi :
v Bagaimana
siswa akan berinteraksi dengan teknologi, dengan guru dan siswa yang lain ?
v Bagaimana
nantinya para siswa akan mempertunjukkan kemampuan hasil belajarnya ?
5)
Tahap
Evaluasi
v Bagaimana
nantinya siswa dapat menilai apa yang telah mereka pelajari secara formatif?
Bagaimana nantinya kegiatan pembelajaran direkam? Bagaimana aspek ini
berhubungan dengan proses formal dari penilaian sumatif, ujian akhir dan
akreditasi?
v Bagaimana
nantinya kualitas situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan
belajar dapat dinilai?
v Bagaimana
nantinya kualitas dari pengalaman belajar siswa dapat dinilai?
b.
Model Suryadi (2010)
Dalam proses pembelajaran terjadi
hubungan tiga serangkai (segitiga) antara guru, siswa dan materi. Segitiga
didaktis yang menggambarkan hubungan pedagogis (HP) antara guru dengan siswa
serta hubungan didaktis (HD) antara siswa dengan materi merupakan aspek penting
dalam pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran difokuskan bukan pada
siswa dan materi secara terpisah tetapi difokuskan terhadap hubungan antara
siswa dan materi pada saat pembelajaran berlangsung. Menurut Suryadi (2010 :
63), peran guru yang paling penting dalam konteks segitiga didaktis adalah :
Menciptakan
suatu siatuasi didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses
belajar dalam diri siswa (learning situation). Ini berarti bahwa seorang
guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan lain
yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat
mendorong proses belajar secara optimal.
Hubungan segitiga didaktis tersebut
dijadikan acuan oleh guru dalam merancang siatuasi pembelajaran baik yang
bersifat pedagogis mauapun didaktis. Untuk dapat melihat lebih jelas hubungan
segitiga antara guru, siswa dan materi pembelajaran, berikut ini adalah
ilustrasinya.
Untuk memahami gambaran masing-masing
hubungan antar komponen, dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diajukan, yaitu :
v
Hubungan Pedagogis (HP)
Model situasi didaktis
apa yang dikembangkan? Situasi belajar seperti apa yang terjadi? Apakah siswa
berhasil/kesulitan? Apakah terjadi perubahan situasi didaktis? Apa dasarnya?
Situasi pedagogis apa yang dikembangkan? Mengapa situasi didaktis dikembangkan
seperti itu? Mengapa situasi belajar berkembang seperti itu? Mengapa ada Siswa
yang berhasil/tidak berhasil? Mengapa situasi pedagogis Yang dikembangkan
seperti itu? Mengapa berdampak/tidak Berdampak? Bagaimana situasi
didaktis/pedagogis berkembang? Bagaimana situasi belajar diintervensi?
Bagaimana dampaknya terhadap Perubahan situasi didaktis/ pedagogis?
v
Hubungan Didaktis (HD)
Apakah siswa merespon situasi didaktis
yang berkembang? Apakah respon siswa relevan? Apakah situasi belajar terjadi?
Pada tahap apa (aktual atau potensial)? Mengapa siswa memberikan respon
terhadap situasi didaktis? Mangapa ada yang tidak memberikan respon? Mengapa
respon siswa bervariasi/tunggal? Bagaimana siswa memulai situasi belajar?
Bagaimana siswa Mencapai keberhasilan? Bagaimana siswa mengatasi kesulitan?
Bagaimana siswa mengkomunikasikan pikiran?
v
Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP)
Apa hakekat materi ajar ditinjau dari:
matematika, kurikulum (tujuan, keterkaitan, pengalaman), obstacles ?
Mengapa diajarkan ditinjau dari: matematika, siswa (individu, Masa depan), ilmu
pengetahuan secara umum ? Bagaimana materi ajar disampaikan: model situasi
didaktis, Kemungkinan situasi belajar, kemungkinan kesulitan, Kemungkinan
bantuan ?
Menurut Suryadi (2010), suatu kemampuan
penting yang harus dikuasai guru adalah disebut metapedadidaktik, yaitu
suatu kemampuan guru untuk :
(1)
Memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD,
dan HP sebagai suatu kesatuan utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga
tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai dengan kebutuhan siswa, (3)
mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan
didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, (4) melakukan tindakan didaktis
maupun pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju
pencapaian target pembelajaran.
Gambaran dari metapedadidaktik disajikan
dalam ilustrasi berikut ini.
Metapedadidaktik meliputi
tiga kompenen yang terintegrasi, yaitu kesatuan fleksibilitas dan koherensi.
Komponen kesatuan berkenaan dengan kemamuan guru dalam memandang
modifikasi segitiga didaktis sebagai suatu kesatuan yang utuh. Komponen felksibilitas
berkenaan dengan bahwa skenario pembelajaran hanyalah prediksi, karena
dalam proses pembelajaran situsi bisa berubah, disinilah peran guru untuk mempu
melakukan antisipasi. Sementara komponen kohorensi berkenaan dengan
situasi didaktis pedagogis yang selalu dinamis selama prores pembelajaran
mendorong guru untuk melakukan intervensi baik bersifat pedagogis maupun
didaktis dengan tetap menjaga koherensi antar komponen tersebut.
Menurut Suryadi (2010 : 74), tiga
langkah berpikir guru tersebut dapat dirangkai dalam suatu kegiatan penelitian
yang disebut Didactical Design Research. Didactical Design Research terdiri
dari tiga tahap, yaitu :
(1)
Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis)
yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktif,
dan (3) analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis
yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis
metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Design Didaktis
Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga
tahapan Didactical Design Research.
Melihat model yang dikembangkan oleh
Suryadi (2010), proses penelitian yang dilakukan mengacu kepada model
penelitian design research yang telah dibahas sebelumnya baik dalam
bentuk model validation study maupun development study. Hanya saja,
Suryadi (2010) lebih menekankan kepada tahapan kedua yang berkaitan dengan
analisis metapedadidaktik yang menyangkut teori pembelajaran yang telah
ia kembangkan. Model penelitian Didactical Design Research yang telah
dikembangkan oleh Suryadi (2010) lebih memperkaya model design research yang
dapat diterapkan dalam penelitian pendidikan.
|
PENUTUP
Artikel ini telah berupaya
menjelaskan kerangka teoritis dan praktis dari model penelitian design
research serta berbagai model yang dapat diterapkan. Artikel ini diharapkan
dapat memiliki konstribusi pada suatu upaya mengenalkan design research sebagai
suatu model penelitian yang dapat diterapkan pada penelitian bidang pendidikan.
Penentuan apakah design research digunakan atau tidak untuk suatu
penelitian, hal itu tergantung kepada tujuanpenelitian yang akan dilakukan
serta hasil atau dampak yang ingin dihasilkan.
Akhirnya, penulis ingin
menyampaikan bahwa artikel ini belum dianggap komprehensif untuk menjelaskan design
research secara teoritis maupun praktis. Bahkan artikel ini hanya memuat
penjabaran teoritis dari design research, sementara penjabaran
praktisnya belum dapat disajikan secara komprehensip pada artikel ini.
Rencananya, penjabaran praktis design research akan disajikan dalam
artikel yang lain. Penulis berharap ada saran dan kritik pada artikel ini sehingga
dapat lebih memperkaya pembahasan dan kajian bahkan penerapan design
research di lapangan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi,
D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR) : Sintesis Hasil
Pemikiran Berdasarkan Lesson Study. Bandung : FPMIPA UPI.
Bakker,
Arthur (2004). Design research in statistics education: On symbolizing and computer
tools. Desertasi Doktor pada Utrech University : Tidak diterbitkan.
van
den Akker, J. et al., (2006). “Introducing Educational Design Research”, dalam
Educational Design Research. New York : Routledge
Plomp
(2007). “Educational Design Research : An Introduction”, dalam An Introduction
to Educational Research. Enschede, Netherland : National Institute
for Curriculum Development
Gravemeijer
dan Cobb (2006). “Design Research from a Learning Perspective, dalam
Educational Design Research. New York : Routledge
Nieveen,
N., McKenney, S., van den Akker (2006). “Educational Design Research”
dalam Educational Design Research. New York : Routledge
Hudson,
B. (2008). “Didactical Design Research for Teaching as a Design Profession”,
dalam Teacher Education Policy in Europe : a Voice of Higher Education
Institutions. Umeå, Swedia : University of Umeå
Tidak ada komentar:
Posting Komentar